Oleh: Aco Ardiansyah. AP (Koordinator TRUTH)
Babak Pilkada Tangsel dimulai, sedikitnya tiga bakal pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Tangsel rasanya sudah siap mendaftarkan diri ke KPU. Pasalnya, rekomendasi partai politik (parpol) pun sudah dikantongi para Paslon.
Ada Paslon Benyamin Davnie-Pilar Saga Ihsan yang diusung parpol parlemen seperti Golkar (10 kursi), dan non parlemen diantaranya PPP, PBB, Partai Gelora. Meski didukung 1 partai parlemen Paslon ini tentunya mempunyai record politik di tanah Banten.
Apalagi Benyamin Davnie selain menjadi orang nomor dua di Tangsel mendampingi Ipar dari Ratu Atut Chosiyah, ia juga memiliki sepak terjang yang terbilang berpengalaman dalam hiruk pikuk di pemerintahan. Sedangkan Pilar Saga Ihsan yang merupakan keponakan dari Ratu Atut Chosiyah dan Airin Rachmi Diany terbilang baru terjun di dunia politik, namun langkah ini bukan soal politik tapi membangun dan merawat relasi politik yang sebelumnya telah dibangun oleh keluarga besarnya.
Selain pasangan itu, ada Muhamad-Rahayu Saraswati, kolaborasi antara ASN dan Politikus muda. Mereka diusung parpol parlemen diantaranya, PDI Perjuangan (8 kursi), Gerindra (8 kursi), PSI (4 kursi), Hanura (1 kursi), PAN (2 kursi), dan parpol non parlemen Nasdem, Partai Berkarya, Perindo, Partai Garuda.
Pasangan ini pun mendapat dukungan parpol lebih banyak dibanding Paslon lainnya. Meski diawal untuk dapat mengantongi rekomendasi parpol penuh dinamika, Muhamad yang merupakan ASN tulen akhirnya dipasangkan dengan Rahayu Saraswati yang tak lain keponakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Hal ini pun yang menjadi tanda tanya politik, adanya relasi elit di pusat untuk wajah baru kekuasaan Tangsel.
Ada juga Siti Nur Azizah-Ruhamaben yang didominasi didukung parpol parlemen Islam PKS dan PKB. Terutama Azizah, pencalonannya tentu tak terlepas atas kebesaran nama ayahnya yang kini sebagai orang nomor 2 di Indonesia yakni Makruf Amin. Tak hanya parpol Islam, Azizah juga diusung Partai Demokrat. Secara nasional parpol ini juga memiliki record politik yang unggul di masa kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi orang nomor 1 di kancah negeri ini.
Lalu mengapa Tangsel?
Masyarakat saat ini sudah pasti menggantungkan harapannya kepada tiga Paslon ini, sebab ketiganya ini lah yang hari ini dinyatakan didukung oleh partai yang memiliki kursi pada DPRD Kota Tangsel.
Sepanjang pengamatan kami, tak satupun diantara ketiga calon ini yang memunculkan dan mengedepankan Gagasannya, gambar paslon dimana-mana, tulisan tentang paslon dimana-mana, namun kebanyak lebih pada mengangkat latar belakang dan relasi kekuasaan mereka masing-masing. Padahal, sejatinya pemimpin yang baik adalah yang mempunyai gagasan dan menjalankan gagasannya.
Pada pilkada kali ini terkesan bahwa gagasan hanya menjadi formalitas semata, bahkan terkesan sangat tidak penting bagi ketiga paslon ini, kecenderungannya memunculkan relasi kekuasaan, seolah ingin menunjukan bahwa relasi yang dimiliki akan menjadi penentu kemenangannya, padahal suara masyarakatlah yang akan menentukan siapa yg bakal menjadi pemenangnya.
Bila sekilas menengok ke belakang, Tangerang Selatan punya sejarah yang buruk tentang tata kelola pemerintahannya, dimana Kota Tangsel sempat menjadi satu Kota bancakan kekuatan politik yang kemudian terjadi korupsi besar-besaran yang melibatkan banyak pihak. Sejarah ini mestinya menjadi sebuah cerminan dalam menyusun gagasan para calon, apa lagi berdasarkan beberapa survey yang sempat dipublikasi oleh beberapa lembaga survey, masyarakat Tangsel mayoritas membutuhkan pemimpin yang komitmen terhadap pemberantasan korupsi, namun hingga saat ini tak satupun dari ketiga Paslon yang diusung oleh partai ini pernah melontarkan gagasan anti korupsinya, jika gagasannya saja tidak dimiliki, maka tidak mungkin sampai pada komitmen pemberantasan korupsi.
Hal tersebut tentu sangat diharapkan oleh masyarakat, setidaknya Kota Tangsel yang dikelola oleh mayoritas pengembang ini bisa lebih baik cara pengelolaan kotanya dibandingkan pengembang yang ada, terlebih APBD yang hampir memcapai 4T, mestinya pengelolaannya jauh lebih baik.
Oleh karenanya, ke depan para paslon lebih mengedepankan gagasan dari pada relasi kekuasaan, dan masyarakat berharap ada diantaranya yang memiliki komitmen pemberantasan korupsi dan tata kelola pemerintahan yang baik. Apa lagi mayoritas pemilih di Kota Tangsel adalah Pemilih yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan ekonomi yang menengah keatas. Tentu gagasan akan sangat berpengaruh terhadap partisipasi pemilih nantinya. Dan yang terakhir yang perlu ditekankan bahwa kepentingan rakyat harus diutamakan karena kepentingan rakyat diatas dari kepentingan lainnya.