TANGSEL – Klaim Bakal Calon Walikota Tangsel Muhamad yang menyatakan dirinya diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai kader internal membuat gaduh di tubuh partai, terutama kader di akar rumput. Pasalnya, klaim tersebut belum ada surat keputusan partai untuk Pilkada 2020.
Hal itu diungkap Ketua Ranting PDIP Kecamatan Ciputat, Ahmad Zahroni yang menyayangkan pernyataan Muhamad yang tak memiliki landasan. Apalagi, dalam pernyataan itu membawa nama salah satu petinggi partai PDIP.
“Statementnya itu sudah membuat gaduh internal partai. Saya banyak menerima pertanyaan dari para kader, kok yang dipilih Muhamad, apa bener? gak salah ini?” paparnya.
Zamroni juga menyinggung, PDIP masih memiliki kader internal yang tersisa dalam mengikuti masa penjaringan. Dia berharap DPP PDIP dapat merekomendasikan kader internalnya sendiri.
Ketika ditanya hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Adib Miftahul, ketika diwawancarai melalui telepon, Jumat, (20/3/2020) mengatakan kemelut di tubuh PDIP Tangsel jelang pilkada ini patut disayangkan. Adib menilai kemelut tersebut bisa membawa perpecahan ditubuh partai berlambang moncong putih itu. Pasalnya tak ada partai yang besar karena terjadi perpecahan.
“PDIP memang secara nasional partai pemenang pemilu, tapi PDIP Tangsel harus belajar kepada partai lain, ketika perpecahan terjadi, yang ada banyak meninggalkan masalah sehingga ujungnya perolehan suara tak bisa solid, karena internal juga tak kompak,” kata Adib.
Dosen Fisip itu juga menambahkan, slogan sebagai partai wong cilik hanya retorika saja, sepanjang rekrutmen tak bisa memunculkan suara yang diinginkan grass root, karena hal itu dapat membuat situasi tak kondusif jelang pilkada.
“Klaim PDIP bakal dipertaruhkan sebagai partai wong cilik, egaliter patut dipertanyakan, sepanjang tak bisa mengakomodir suara dari bawah, situasi tak kondusif. Ketika misalnya yang diusung adalah orang di luar partai, atau yang tak diinginkan kader, sama saja elit PDIP menerapkan politik ‘dagang sapi’, alias transaksional,” ujar Adib.
Pria yang gemar touring itu juga menambahkan, ketika elit PDIP memaksakan jago yang diusung tak didukung kader, bisa hanya menjadi figur kosong yang terancam gembos suaranya.
“Dalam politik itu soliditas kan harga mati, apalagi ini pilkada. Mesin partai menjadi unsur penting yang paling efektif menggerakkan dukungan untuk meraih kemenangan, kalau mesinnya gembos gimana?” tambahnya.
Untuk menciptakan agar PDIP Tangsel tetap diperhitungkan, tambah Adib, partai besutan Megawati ini harus membuka ruang diskusi, kompromi dan negosiasi antara elit dan kader dibawah untuk menahan laju bibit-bibit perpecahan. Karena melalui kompromi politik, arus kepentingan bisa diarahkan memberi solusi. (Red)