siarnitas.id – Kecelakaan Kereta Api (KA) yang terjadi di Cicalengka, Bandung Barat yang melibatkan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya dengan saling adu banteng pada Jumat (5/1/2023).
Peristiwa tersebut, yang melibatkan dua kereta tersebut terjadi pada pukul 06.30 WIB di jalur petak Stasiun Cicalengka-Haurpugur.
Baca Juga : KA Turangga dan KA Lokal Bandung Beradu Banteng di Cicalengka, Begini Kesaksian Korban
“Kejadian pukul 06.30 WIB di petak Jalur Cicalengka-Haurpugur, KA Turangga dan KA Lokal,” kata Manager Humas KAI Daop 2 Bandung, Ayep Hanepi.
Lantas, bagaimana sejarah adanya KA Turangga yang sampai saat ini masih beroperasi? Simak penjelasan berikut ini.
Kereta Api (KA) Turangga tercatat pertama kali beroperasi pada 1 September 1995 dengan melayani rute Bandung-Surabaya dengan layanan kelas bisnis plus dan eksekutif.
Sejak 11 Oktober 1999, KA Turangga hanya melayani kelas eksekutif dengan rangkaian kereta baru dari INKA keluaran 1999.
Dalam KBBI, Turangga artinya kuda atau bisa juga diartikan sebagai warna pucat kekuning-kuningan atau kelabu. Namun, arti nama Turangga sejatinya diambil dari nama hewan kuda tunggangan para bangsawan Jawa.
Artian itu tertulis dalam laman Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang menampilkan tulisan ‘Kereta, Nama, dan Kisah’ karya Aris Setiawan. Pengajar ISI Solo ini menulis di salah satu kolom Koran Solopos terbit pada Kamis (28/09/2017) silam.
Lebih lanjut, Aris menyoroti penamaan kereta api di Indonesia, terkhusus Jawa, yang berciri khas dan unik.
Dikatakan Aris, nama kereta api seringkali didasarkan pada jejak sejarah kekuasaan, alam, dan binatang magis negeri ini.
“Kita juga melihat nama-nama binatang seperti Sembrani (kuda terbang), Turangga (kuda), Sancaka (ular), Dwipangga (gajah), Taksaka (naga), Lodaya (macan). Nama-nama hewan tersebut sebagian terilhami kisah-kisah dalam pertunjukan wayang atau epos Mahabarata dan Ramayana,” kata Aris dalam artikel tersebut.
Baca Juga : Adu Banteng KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya, Tiga Tewas
“Pemilihan hewan-hewan versi dongeng dan epos tersebut menandakan gerbong kereta api dilabeli seperangkat imajinasi dan memori. Kereta api bukan hanya alat transportasi, namun juga guratan wacana dan pengekalan kisah kultural tentang Jawa dan Indonesia,” pungkasnya.
Baca berita dan informasi menarik lainnya dari siarnitas.id di Google News