Beranda Uncategorized Estetika Lingkungan Panyaweuyan Picu Perilaku Masyarakat

Estetika Lingkungan Panyaweuyan Picu Perilaku Masyarakat

1098
0

 

Siarnitas.id – Bicara keindahan tentu tak luput dari komponen penyerta yang ada. Setiap objek memiliki keindahannya tersendiri.

Seperti halnya keindahan panyaweuyan Kabupaten Majalengka yang memiliki undakan dalam tiap bidang tanah persawahannya, kemudian hal itu dinarasikan oleh salah satu tim peneliti dari Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang ‘Pengaruh Estetika Lingkungan Terhadap Behavioral Intention’.

Menurut Egy Herdiana, keindahan yang tercermin dari balik undakan pesawahan di Panyaweuyan itu terletak dari kearifan lokal yang sedari awal telah ada dalam pola pertanian masyarakat di Desa Sukasari Kaler telah turun temurun dari nenek moyangnya terdahulu yang telah menerapkan sistem pertanian terasering.

“Terasering ini berada di kaki Gunung Ciremai yang memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan lerengnya sekitar 15-45% (Profil Kec.Agrapura), hal ini dibuat sebagai upaya mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran permukaan yang meresap ke dalam tanah,” Kata Egy dalam keterangan tertulis yang diterima siarnitas.id, Senin (17/5/2021).

Dia juga menjelaskan pola pertanian yang telah lama berada di Terasering Panyaweuyan berasal dari kearifan lokal dan dikenal oleh masyarakat dengan sebutan *Suwak Saweuy* .

Melansir dari slideshare.net Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka Suwak merupakan salah satu teknik pertanian di daratan tinggi yang menggunakan sistem yang di kembangkan pada lahan pertanian di area perbukitan sistem “Undak” dengan sengkedan petak atau “Undagi”. Istilah kata “Pendakian” masyarakat setempat mengartikan berupa cocok tanam dengan upaya pendakian dan hasilnya berupa “daki” atau hasil kerja keras.

Dalam teknik suwak memudahkan masyarakat dalam membuat undakan yang diterapkan sengkedan yang dinamakan “Sawa” atau “Sawah” sehingga terasering akan terlihat sama dan serupa dengan komoditas yang ditanam berupa tomat, wortel, cabai, kol, bawah daun, bawah merah, labu dan sebagainya.

Sedangkan Saweuy mengandung arti jaring. Dalam uga peribahasa sunda dikenal dengan “Mipindingan Beungeut Ku Saweuy” yang artinya menutup muka yang malu dengan jaring dengan peribahasa mentertawakan yang artinya segala kelakuan memalukan yang ingin disembunyikan jika hanya di tutup dengan jaring maka akan terlihat. Hamparan bukit Terasering Panyaweuyan secara kultur
merupakan tempat pertanian di dataran tinggi yang mana secara alamiah rantai
makanan disini akan terjaga. Maka Terasering Panyaweuyan sebagai tempat yang memiliki konotasi untuk menjerat burung di malam hari menggunakan jaring
(Kestabilan Rantai Makanan).

” Estetika ini yang merubah perilaku masyarakat berubah, yang awalnya hanya berfungsi sebagai sektor pertanian, sejak 2015 lalu kini membuka peluang dalam sektor pariwisata. Keberlangsungan sektor pertanian beriringan dengan pengembangan pariwisata di Terasering Panyaweuyan dengan memunculkan aneka ragam atraksi wisata seperti Terasering, Lawang Saketeng, Rumah Segitiga dan lain sebagainya yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung,” jelasnya.

Estetika Lingkungan Terasering Panyaweuyan Picu Wisatawan Revisit Intention.

Usai menjadi tempat wisata yang populer karena keindahannya, Egy juga melanjutkan keindahan panyaweuyan mampu memincut semua kalangan baik lokal maupun internasional untuk bertandang ke Majalengka.

“Dari rekam jejak digital yang ada di sosial media 15 orang merekomendasikan tempat wisata terasering panyaweuyan, dan 9 orang lainnya mengaku puas dan berkeinginan untuk mengunjungi kembali (Revisit),” tuturnya.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini