siarnitas.id -Pengamat Hukum Citra Institute, Nawari meminta Mendikbud Ristek Nadiem Makarim untuk memecat Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Prof. Budi Santoso Purwokartiko.
Permintaan itu lantaran Rektor ITK dinilai telah merobek kebhinekaan dengan menyatakan bahwa perempuan yang menutup kepala (berjilbab) sebagai manusia gurun.
“Jelas ini adalah pernyataan rasis yang bernuansa Islamophobia. Tulisan Prof. Budi jelas menyudutkan kalangan muslim yang memiliki hak sama terkait akses beasiswa”, ujar Nawari kepada Wartawan, Senin (02/05/2022).
Ia menegaskan, LPDP sebagai lembaga pengelola beasiswa dibiayai oleh uang rakyat sehingga harus berlaku adil terhadap seluruh anak bangsa. “Tidak boleh ada diskriminasi berbasis SARA terhadap kebijakan beasiswa. Dirut LPDP harus memberhentikan Budi Santoso dari Reviewer penerima beasiswa LPDP.
Jika kasus ini dibiarkan, Nawari khawatir yang bersangkutan akan terus menjadi benalu yang berpotensi memecah belah persatuan dan merusak iklim pendidikan di Indonesia.
“Pernyataan seperti itu tidak pantas diucapkan oleh seorang akademisi mengingat ucapannya berpotensi merusak kebhinekaan yang ada,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam unggahannya di Facebook yang telah dihapus, Prof. Budi Santoso menulis “Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat, dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi”.
Dari tulisan di akun Facebook tersebut, Nawari menilai Budi tampaknya tidak senang jika ada mahasiswa perempuan berjilbab yang lolos seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Apalagi Budi juga termasuk salah satu tim yang bertugas mewawancarai calon penerima LPDP di bawah Ditjen Dikti Kemendikbudristek.
“Ukuran seseorang mendapatkan beasiswa bukan diukur dari pakaiannya mau dia pake jilbab atau tidak, melainkan yang menjadi prameter utama adalah isi kepalanya, tulisan Budi itu memperlihatkan ketidaksenangan terhadap kelompok tertentu,” jelasnya.
Diketahui unggahan Budi tersebut kemudian menuai reaksi keras dari sejumlah kalangan termasuk dari Kemdikbud Ristek itu sendiri. (Ris/red)